body {background:#222222;margin:0;padding:40px 20px;font:x-small Georgia,Serif;text-align:center;color:#222222;}

Jumat, 25 Juli 2014

Tinta Hitam

Ternyata banyak hal yang terjadi dalam hidup dan tak jarang kita nggak tau apa alasan dari itu semua. Sehingga sering kali membuat kita menjadi bertanya-tanya mengapa hal itu terjadi dalam hidup kita ya?

Yep, kali ini gue mau bercerita tentang hewan ciptaan Tuhan yang mempunyai manfaat bagi kehidupan manusia itu sendiri. Pasti kalian juga nggak asing dengan jenis hewan yang satu ini. "Cumi", iya! Tapi ini bukan cuma miscall ya hehehe. Hewan yang satu ini masuk ke dalam kelompok moluska dan hewan avetebrata (tak bertulang belakang). EiittsszZZ, tenang aja! Kita lagi nggak mengulas pelajaran biologi kok hoho :))

Pasti kebanyakan dari kita pada suka kan dengan hewan yang berenang mundur ini? Rasanya yang manis dan gurih ketika sudah diolah menjadikannya sebagai makanan favorit di kalangan pecinta seafood. Tapi entah kenapa banyak juga orang yang mengolah makanan ini tanpa membuang tinta yang ada di dalam tubuhnya, termasuk nyokap. Kalo bisa dibilang, seluruh penghuni rumah pada doyan dengan hewan bersulur ini kecuali gue!

Kalo suka ditanya kenapa gue nggak suka cumi padahalkan itu enak. Memang iya (tanpa tinta), tapi gue juga nggak ngerti kenapa gue nggak suka cumi. Tapi menurut nyokap, gue emang dari kecil nggak suka makan cumi. Ceritanya dulu ketika nyokap mau nyuapin gue makan dengan lauk cumi, gue mengira kalo itu adalah kecoa!! hahaha. Tau kan lu kecoa? hewan bau yang sering keluar dari WC itu? Brr~ *merinding disko*

Entah apa pikiran yang ada dibenak gue saat itu. Tampilan cumi yang tak terlalu menggairahkan untuk dimakan, serasa seperti kecoa yang sedang berenang riang di dalam comberan yang berair hitam dan bau. Iyuhhh~

Mungkin nyokap maksa, tapi gue tetep keukeuh nolak buat nggak makan. Sampai pada saatnya, tiap kali nyokap masak cumi, ayah selalu ngeledekin gue dengan bilang "Ini kecoa, mau nggak kecoa? enak loh" *dengan ketawa puas*

Lain dulu lain sekarang, gue nggak sepenuhnya nggak suka dengan cumi. Gue mau makannya dengan pengecualian tanpa tinta hitamnya. Jadi tiap kali nyokap mau masak cumi, gue selalu memohon untuk tidak mencapurkan tinta ke dalam masakannya. Apa daya, jurustru karena tintanya itulah yang membuat cumi semakin lezat dan gurih nyoii nyooiii, ngebuat nyokap nggak rela ngebuangnya -____-

Karena cuma gue sendiri yang nggak suka, jadi gue pun harus mengalah. Tiap kali mau makannya, gue kudu memilah-milah antar kepala dan badan, karena gue nggak suka kepalanya. Gue juga mesti membersihkannya pakai air hingga bersih menjadi putih tanpa noda hitam.

Jadi siapa aja diantara kalian yang nggak suka juga makan cumi kalo ada tinta hitamnya???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar