body {background:#222222;margin:0;padding:40px 20px;font:x-small Georgia,Serif;text-align:center;color:#222222;}

Senin, 12 Mei 2014

Aku Mampu!

Sesak terasa di dada, lara yang tak kunjung reda. Menangis yang tertahan seakan tak ada lagi yang dapat mengerti. Begitu pelik memang, rasa berkecamuk menyatu. Tak ada tempat untuk berbagi. Mencoba untuk terus bertahan, tetapi seakan tiang yang rapuh tak dapat lagi menahan beban. Ingin mencoba melepaskan, tetapi orang-orang hanya menutup mata dan telinganya. Yang kubutuhkan teman untuk berbagi.

Akan tetapi pikiran kembali menguasai. Semua pasti memiliki beban yang harus ditopang. Akhirnya ku coba untuk bertahan, memperbaiki pondasi yang hampir ambruk. Lelah terus menggerogoti kerapuhan pondasi yang tak berujung. Terdapat bekas yang tak mungkin hilang, akan melekat walau tersamar oleh waktu. Seakan tiada henti setiap tetes air mata yang mengiringi.

Ku tahu Tuhan tak akan meninggalkanku dikala semua mengacuhkan. Ini adalah tugasku untuk menyelesaikannya, yang telah diamanahkan dari-Nya, jawabku. Lirih hati meminta, agar ikatan yang menyesakkan dada sedikit melonggar. Seakan tanpa sadar semua terlepas. Tuhan sayang padaku. Kulihat sinar setitik diujung yang berjurang.

*Puisiku*